Monthly Archives: Januari 2010

Manfaat Di Balik Tempurung Kelapa

Tempurung merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa, metoksil, dan berbagai mineral. Kandungan bahan-bahan tersebut beragam sesuai dengan jenis kelapanya. Struktur yang keras disebabkan oleh silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada tempurung. Berat tempurung sekitar 15-19 % dari berat keseluruhan buah kelapa.

Tempurung kelapa dapat dibakar langsung sebagai kayu bakar, atau diolah menjadi arang . Tempurung kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi menjadi barang-barang kerajinan tangan. Tempurung kelapa yang sudah tidak terpakai ini meruapakan bahan baku dari kerajinan tempurung kelapa, produk yang dihasilkan antara lain: Alat-alat dapur, seperti: sendok sayur, centong nasi, gayung air, dll; Pernak pernik, seperti pin, hiasan baju, kancing baju, dll: Tas; Handycraft; dan masih banyak lagi.

Produk-produk yang dihasilkan memiliki kwalitas yang tinggi, dan nilai seni yang indah.

Pengolahan/ Proses Produksi Arang dan Briket Arang Tempurung Kelapa


Tempurung kelapa yang dikumpulkan dari pasar/petani kelapa diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar tanur. Lapisan pertama pada dasar tersebut disiram minyak tanah dan dibakar sehingga menyala dan kemudian diatas nyala tersebut ditumpukan lagi tempurung kelapa sehingga tanur tersebut penuh dan dibiarkan selama tujuh jam.

Setelah tujuh jam hampir seluruh tempurung terbakar, tanur kemudian ditutup sehingga kedap udara selama 12 jam saat proses pengarangan berlangsung. Keesokan paginya tutup tanur dibuka, kemudian arang dibongkar dari tanur dan telah siap untuk dijadikan briket yang siap untuk dimanfaatkan.

Categories: Kreativitas | Tag: | 7 Komentar

Bahasa Jawa Dialek Malang Memiliki Keunikan

Pakar bahasa dari Universitas Negeri Malang (UM) Dr Imam Agus Basuki menyatakan, Bahasa Jawa dialek Malang itu sangat unik, karena sangat berbeda dengan kaidah Bahasa Jawa pada umumnya.

“Apalagi kalau kita bandingkan dengan Bahasa Jawa yang digunakan masyarakat Jawa Tengah, bahkan Jawa Timur sendiri. Dialek Malang ini memiliki ciri khas tersendiri dan sangat berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya,” katanya di Malang, Rabu.

Menurut dia, Bahasa Jawa dialek Malang sama sekali tidak terstruktur dan jauh dari kaidah Bahasa Jawa yang standar sehingga menjadi unik dan kadang tidak dimengerti oleh lawan bicaranya.

Ia mengemukakan, setiap kata yang terucap dalam Bahasa Jawa dialek Malang, sebagian besar berakhiran dengan a atau an. Dialek itu akhirnya menjadi ciri khas, bahkan menjadi identitas diri bagi warga Malang.

Selain memiliki dialek yang berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya, kata dosen Fakultas Satra Indonesia UM itu, warga Malang juga memiliki bahasa sendiri yang digunakan dalam lingkup yang lebih kecil, yakni bahasa “walikan” (kata yang dibaca terbalik) yang khas.

Misalnya, kata “tidak” pengucapannya menjadi “kadit” atau bahkan nama kota “Malang” sendiri diucapkan menjadi “Ngalam”.

Ia mengakui, bahasa walikan Malangan itu tidak mudah dimengerti oleh orang dari luar Malang, bahkan orang asli Malang sendiri juga banyak yang tidak memahami bahasa “walikan” itu, sebab selain tidak jelas strukturnya juga jauh menyimpang dari kaidah Bahasa Jawa maupun Bahasa Indonesia pada umumnya.

Bahasa walikan khas Malangan, katanya, tidak hanya sebatas Bahasa Jawa saja yang digunakan, namun juga Bahasa Indonesia seperti “tidak main” menjadi “kadit niam”.

“Bahasa Malangan ini juga tidak hanya sebatas dibalik-balik saja, tapi juga ada kata yang memang khas dan hanya dipahami oleh komunitas tertentu di Malang,” tegasnya.

Ia mencontohkan, beberapa kata yang sama sekali bukan Bahasa Jawa atau Bahasa Indonesia yang dibalik di antaranya adalah “ojir” (uang), “idrek” (kerja), “ebes” (bapak/ayah), “memes” (ibu).

“Bahasa walikan Malangan ini hanya digunakan oleh komunitas tertentu terutama para ’penggila’ bola (Aremania), percakapan anak-anak muda sehingga bisa dikatakan sebagai ’bahasa gaul. Berbeda dengan Bahasa Jawa dialek Malang yang digunakan menyeluruh oleh hampir semua lapisan masyarakat asli Malang,” katanya.

Sumber: http://kompas.com

Categories: Kreativitas | Tag: | 1 Komentar

Pembuatan Biodesel dari Minyak Bekas Penggorengan (Jelantah)

Ketersediaan minyak mentah yang semakin sedikit dan desakan untuk menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan sebagai dampak dari polusi lingkungan serta dampak pemanasan global, mengakibatkan berkembangnya usaha dalam melakukan diversifikasi bahan bakar terbarukan. Biodesel adalah salah satu contohnya, terdapat berbagai minyak tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesel.

Minyak jelantah adalah salah satu bahan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan biodesel. Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya,minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Dengan memanfaatkan minyak goreng jelantah yang banyak merugikan kesehatan manusia menjadi  bahan baku biodesel, maka krisis energi yang selama ini menghantui dunia bisa sedikit terpecahkan. Pangsa pasar dari bahan bakar biodesel dari minyak jelatah masih terbuka lebar, karena tingkat konsumsi minyak goreng masyarakat Indonesia yang sangat tinggi.

Berikut bahan dan peralatan yang dibutuhkan dan cara membuatnya :

Alat dan Bahan :

a. Minyak Jelantah bekas menggoreng

b. Methanol 99%

c. Soda api (NaOH)

d. Ember plastik

e. Gelas ukur

f. Panci

g. Kompor

h. Sarung tangan karet

i. Timbangan

j. Pompa udara akuarium

k. Kain katun tipis untuk penyaring

l. Selang

Langkah-langkah yang harus dilakukan :

  1. Bahan pelarut (metoxida) dibuat dengan mencampurkan 900 ml methanol dan 21 gram NaOH hingga larut selama 15 menit.
  2. Campurkan metoxida ke dalam ember berisi 3 liter minyak jelantah dan aduk memakai sendok plastik selama 30 menit atau campuran sudah rata.
  3. Biarkan 4-12 jam sampai terjadi pengendapan.
  4. Pengendapan ditandai dengan dua lapisan berbeda warna dengan lapisan gelap berada di bawah yang disebut crude gliserin, sedangkan lapisan atas berwarna bening, crude BD.
  5. Pisahkan crude biodisel dari crude gliserin lalu masukkan ke ember untuk dicuci dengan cara mencampurkan air bersih sebanyak dua liter.
  6. Pompakan udara melalui pompa udara akuarium dan biarkan beberapa saat sehingga muncul warna putih susu.
  7. Pisahkan crude biodiesel yang berwarna kuning dengan air warna putih melalui selang.
  8. Biodiesel yang telah bening dimasukkan ke panci lalu panaskan hingga 100 derajat beberapa menit agar air dan sisa methanol menguap.
  9. Biodiesel yang telah dipanaskan dan didinginkan dapat langsung dipergunakan untuk mobil maupun mesin diesel industri

Langkah-langkah diatas dapat menggunakan peralatan seadanya yang ada di rumah, jika tidak ada dapat disubsitusi dengan peralatan yang sejenis. Pembuatan biodiesel sangat mudah, sehingga dapat dilakukan juga dirumah. Selamat Mencoba! Semoga Bermanfaat.

Sumber: http://ksupointer.com, http://elibrary.mb.ipb.ac.id, http://me.polinpdg.ac.id, http://itgossips.com

Categories: Lingkungan | Tag: | 2 Komentar

Blog di WordPress.com.